Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang ditularkan lewat droplet, yang bisa menular baik pada anak-anak dan orang dewasa. Berdasarkan data dari Kemenkes RI, per Oktober 2021, ada sekitar 33.366 total kasus TB anak yang terjadi di Indonesia, di mana 20.390 kasus TB anak dialami oleh anak usia 0-4 tahun, dan 16.143 lainnya dialami oleh anak usia 5-14 tahun.
Angka yang cukup besar ini disebabkan oleh tingginya risiko anak terinfeksi kuman TB karena berbagai faktor, di antaranya:
- Anak tinggal bersama orang dewasa yang menderita TB aktif
- Anak memiliki kondisi kesehatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, misalnya seperti HIV
- Anak tinggal di penampungan bersama banyak orang
- Anak tinggal di negara di mana kasus TB masih tinggi
- Anak tinggi di lingkungan area yang memiliki sanitasi buruk
Gejala TB pada Anak
Sama seperti penularan TB pada umumnya, anak terinfeksi bakteri TB saat menghirup droplet orang yang mengidap TB aktif saat orang tersebut berbicara, bersin, tertawa atau sedang batuk.
Gejala TB yang tampak pada anak-anak, di antaranya:
- Batuk
- Kesulitan bernapas, napas berat
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Merasa lemah dan tidak ceria
- Mengalami penurunan berat badan, dan pertumbuhan yang buruk
- Demam dan keringat di malam hari
- Mudah rewel dan kelelahan
Anda juga dapat membaca lebih lanjut artikel lain seputar TB anak:
Diagnosis dan Pengobatan TB Anak
Sama seperti orang dewasa, anak dapat mengalami TB laten maupun TB aktif. TB laten adalah di mana bakteri TB berada di dalam tubuh, namun sistem kekebalan tubuh mencegah penyebarannya, sehingga anak tidak memiliki gejala dan membuat bakteri tidak aktif. Namun sewaktu-waktu bakteri ini bisa aktif dan menyebabkan anak mengalami TB aktif. Sedangkan pada TB aktif gejala muncul dan anak berisiko menularkan bakteri, selain itu infeksi bakteri juga dapat menyebar ke organ lain di dalam tubuh. Selengkapnya mengenai perbedaan TB laten dan TB aktif dapat dibaca di sini.
Untuk mendiagnosis TB pada anak, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:
- Tuberculin skin test atau tes Mantoux - yaitu tes yang dilakukan dengan menyuntikkan zat tertentu pada lengan, 2-3 hari kemudian dokter akan memeriksa reaksi pada bekas suntikan. Apabila ada benjolan pada sekitar area suntikan, mak menunjukkan bahwa ada bakteri TB di dalam tubuh anak
- Tes darah - tes darah dilakukan jika anak baru saja menjalani vaksinasi BCG, namun menunjukkan ada gejala TB atau berinteraksi langsung dengan penderita TB
- Rontgen dan pengambilan sample dahak - apabila hasil tes anak menunjukkan positif TB, maka dokter akan melanjutkan dengan rontgent dan pengambilan sample dahak
Setelah diagnosis selesai, anak akan diberikan pengobatan sesuai dengan jenis TB-nya.
Pengobatan TB Laten
Infeksi TB laten pada anak harus diobati untuk mencegah berkembangnya penyakit. Isoniazid adalah obat yang dapat mencegah infeksi menjadi aktif, yang diberikan setiap hari selama 9 bulan. Obat ini harus diminum setiap hari di waktu yang sama agar tidak sampai terlewat.
Pengobatan TB Aktif
TB aktif atau disebut juga penyakit TB membutuhkan 3-4 jenis obat. Anak akan mengonsumsi obat tersebut selama 6-12 bulan dan harus rutin diminum sampai obat habis agar tidak sakit lagi.
Melewatkan dosis obat TB dapat menyebabkan TB berkembang menjadi TB resisten obat, yang pada akhirnya sulit diobati dan harus menjalani pengobatan serta perawatan selama 18-24 bulan. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, pastikan anak minum obatnya setiap hari tanpa melewatkan satu dosis pun.
Temukan lebih banyak artikel mengenai penyakit pada laman ini, ya!
- dr Ayu Munawaroh, MKK